Sabtu, 14 Februari 2009

Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKNUDrs. H. Choirul Anam (Cak Anam) 01 Desember 2008 15:24

Sosok low profile ini dikenal gigih memperjuangkan dan memberdayakan warga nahdliyin. Dengan caranya, Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKNU Drs H Choirul Anam yang akrab disapa Cak Anam ini berupaya mengabdikan hidupnya untuk NU. Sampai saat ini, referensi paling lengkap tentang NU adalah karya Cak Anam. Buku berjudul "Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama" yang diterbitkan Penerbit Jatayu, Solo, tahun 1985 menjadi buku babon NU dan belum tergantikan hingga sekarang.
Lahir di Jombang tanggal 30 September 1954, Cak Anam dikenal sebagai politisi handal. Gayanya flamboyan dan tidak jarang tampil apa adanya. Tidak tampak kemewahan dalam penampilannya seperti acapkali ditunjukkan politisi-politisi ibukota. Meski menjabat Ketua Umum partai politik yang memiliki massa besar, suami Hj Emi Syamilah MPd ini tidak sungkan bermalam di Kantor DPP PKNU di Jalan Kramat VI No. 8 Jakarta Pusat.
Dengan bermalam di kantor, Cak Anam bisa intens mengawasi dan mengendalikan roda organisasi partai. Ketika PKNU sibuk mempersiapkan verifikasi menjadi partai politik di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham), Cak Anam turun langsung bahkan untuk merapikan berkas-berkas persyaratan. Demikian pula saat menghadapi verifikasi untuk menjadi peserta Pemilihan Umum 2009. Persyaratan yang dibutuhkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dikawal langsung oleh Cak Anam. Tak segan-segan ayah 6 orang anak ini ikut memeriksa kartu tanda anggota (KTA) PKNU dari seluruh provinsi.
Pengorbanan dan perjuangan tanpa kenal lelah bukan hanya berbentuk tenaga dan pikiran. Bahkan Cak Anam merelakan "amunisi" pribadinya untuk kepentingan PKNU. "Semua itu saya lakukan karena amanat para masyayikh yang meminta saya membesarkan PKNU. Selain itu juga meneladani Mbah Kyai Faqih dan kiai-kiai lainnya yang demikian serius berjuang untuk PKNU," kata Cak Anam kepada wakil sekjen DPP PKNU, Abdullah Mufied Mubarok, dalam sebuah kesempatan.
Banyak pelajaran menarik yang ditorehkan Cak Anam dalam memimpin partai. Pengalamannya yang panjang sebagai wartawan mengasahnya menjadi pribadi yang tahan banting, disiplin dan berani. Sejak masih mahasiswa, Cak Anam sudah bergabung dengan Majalah TEMPO. Ia menjadi wartawan seangkatan dengan Dahlan Iskan (Bos Jawa Pos Group). Kancah politik menjadi akrab dengan Cak Anam ketika mantan Ketua PW GP Ansor Jawa Timur ini didaulat menjadi Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jawa Timur pada 1998.
Selama dua periode, Cak Anam mengantarkan PKB meraih suara mayoritas di Jatim dalam dua kali pemilu yakni 1999 dan 2004. Toh, pengabdian dan perjuangannya tidak lantas membuat Cak Anam dihargai oleh elit-elit PKB. Bahkan, Cak Anam disingkirkan dan dipecat dari PKB oleh KH Abdurrahman Wahid dan HA Muhaimin Iskandar MSi ketika bersama-sama para kiai berusaha meluruskan khittah partai yang sudah melenceng. Upaya menegakkan kebenaran dan keadilan ditempuh di jalur hukum namun berakhir dengan dikalahkan oleh lembaga peradilan.
Tak putus berjuang, kiprah dilanjutkan dengan mendirikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) pada tanggal 21 Nopember 2006. Melalui akad para kiai sepuh, Cak Anam menjadi motor lahirnya kesepakatan pendirian PKNU di Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban. Cobaan seolah tak pernah berhenti. Di awal kelahirannya, PKNU dirongrong oleh beberapa pihak yang dimotori H Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. Malahan, Gus Ipul mencoba mempengaruhi para kiai agar pendirian PKNU dibatalkan karena tidak akan bisa menjadi peserta pemilu.
Dengan langkah tegak, Cak Anam tidak lantas patah arang menghadapi cobaan dan rintangan yang menimpa PKNU. Malah, dengan dukungan para kiai sepuh dan pengurus PKNU dari berbagai daerah, Cak Anam bisa membuktikan bahwa PKNU pantas dilahirkan menjadi partai politik yang layak menjadi peserta Pemilu 2009. Dalam beberapa survei, partai ini malah ditempatkan sebagai partai yang potensial menorehkan kejutan pada pemilu nanti.
Meskipun demikian, Cak Anam tetap konsisten dengan pilihannya untuk menjadi penjaga dan pengawas partai. Pria yang membangun Museum Nahdlatul Ulama (NU) ini tidak mau duduk di legislatif maupun eksekutif. Sejak dulu, Cak Anam memang tidak mau mencalonkan atau dicalonkan. "Aku gak potongan rek dadi (tidak pantas, red) DPR atau eksekutif. Biarlah saya menjaga partai," tegasnya, suatu ketika.
Bagaimana visi dan misinya dalam dunia politik, berikut ini bisa disimak wawancara Cak Anam sebagaimana dimuat Harian Sinar Harapan edisi 31 Oktober 2008.
Ketua Umum PKNU Choirul AnamPolitik Harus Bermoral
JAKARTA - Perebutan suara antara Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tak akan terhindarkan. Dilahirkan pada 21 Nopember 2006 di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur (Jatim), PKNU merupakan pecahan PKB yang yang juga membidik basis nahdliyyin. Basis itu yang terbesar ada di Jatim.
Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah PKNU untuk meraih dukungan luas. Bermodalkan tujuan politik yang tidak bebas nilai, politik moral yang dikontrol nilai agama, PKNU percaya bisa merangkul suara kaum nahdliyyin dan suara rakyat lainnya. PKNU menginginkan untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negara yang mengalami keterpurukan berkepanjangan di semua sektor kehidupan. Karena itu, terciptanya tatanan sosial dan politik di Indonesia yang selaras dengan visi keagamaan sangat diperlukan supaya tercapai harmonisasi serta menghindari benturan antara agama dan negara. Berikut ini petikan wawancara dengan Ketua Umum PKNU, Choirul Anam dengan wartawan SH, Tutut Herlina, Kamis (30/10).
Sebagaimana diketahui PKNU adalah pecahan PKB. Jadi bagaimana dengan perolehan suaranya nanti?Memang sebagian orang melihat PKNU pecahan dari PKB. Tapi kalau mau melihat realitasnya para kyai yang ada di partai kami, PKNU bukanlah pecahan PKB, tetapi sebaliknya PKNU adalah partai yang didirikan para kiai. Kita sudah punya basis di seluruh Indonesia. Selain itu warga NU (Nadhlatul Ulama) banyak yang mendukung kami. Partai kami selalu dekat dengan kiai.
Artinya PKNU akan menarik basis massa PKB?Dulu ketika waktu saya memimpin PKB mendapatkan suara yang banyak. 50 persen suara dari PKB itu berasal dari Jawa Timur (Jatim). Itu bukan hanya pemilu 2004, tetapi juga pemilu 1999. Sekarang saya dan para kiai yang di Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya itu membuat partai sendiri. Sehingga kami akan mendapatkan suara yang signifikan di daerah itu.
Mengapa PKNU begitu yakin? Apakah sudah ada survei lapangan? Untuk masalah survei, kami selama ini sudah melakukan survei semuanya. Bahkan,kita juga berani test case di beberapa kabupaten. Waktu itu, ketika saya pimpin, PKB dapat 40 persen suara di daerah tersebut. Sekarang melalui hasil survei yang kami lakukan 30 persen suara di daerah itu lebih memilih PKNU.
Apa yang menjadi platform PKNU?Platform kami sama dengan partai lainnya. Kami ingin mengatur masyarakat, bersama-sama membangun bangsa . Semuanya sama. Tapi yang penting keadaan di kalangan rakyat harus disentuh betul. Makanya kami melihat segala sesuatunya berdasarkan kehidupan rakyat sehari-hari. Contohnya, dalam soal kesehatan, kami langsung menerjunkan ambulan keliling hingga pengobatan yang cuma-cuma. Begitu pula di bidang pendidikan. Kami membantu mendirikan sekolah yang roboh. Kader kami gerakan pula untuk saling gotong-royong untuk melakukan pembangunan itu. Tapi ini semua kami lakukan dengan diam-diam, tidak perlu gembar-gembor karena toh nanti yang akan menilai rakyat sendiri.
Semua partai mengatakan hal yang sama. Lantas apa yang membedakan PKNU dengan partai lain?Kami harus jeli. Kiai dan politisi akan mengawal politik dengan moral agama. Agama yang saya maksud di sini adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu maupun Budha. Bagaimanapun juga pembangunan politik kita tidak bisa lepas dari itu karena Indonesia bukan negara sekuler dan bukan negara agama tertentu. Indonesia adalah negara berdasarkan agama-agama karena dasarnya Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini sudah dari dulu. Selama ini, rakyat muak karena politik yang dijalankan oleh bangsa ini lepas dari moral dan kontrol agama, sehingga korupsi ada di mana-mana.
Bagaimana mengimplementasikan moral dan kontrol agama itu?Struktur partai ada Dewan Mustasyar, ini semacam dewan penasehat yang terdiri dari kiai-kiai sepuh. Kedalaman ilmu tauhidnya tak perlu diragukan, begitu pula dengan moralitasnya, sehingga ini akan mengawasi partai. Di bawahnya ada Dewan Syuro yang akan mengontrol moral Dewan Tanfidz yang ketuanya saya. Ini semua dikontrol oleh Dewan Syuro dan Dewan Mustasyar.
Bisa dijelaskan tentang makna sesungguhnya dari politik yang tidak bebas nilai itu?Di Senayan kita ketahui banyak perselingkuhan dan juga korupsi tetapi mereka tampak tertawa-tawa dan tidak merasa bersalah. Ini pada akhirnya dimaknai oleh rakyat bahwa politik itu kotor, sehingga kyai tidak boleh berpolitik. Padahal kalau politik itu kotor, partai politik (parpol) kotor pasti negara ini kotor karena semua produk politik dihasilkan dari parpol. Kalau begini Indonesia akan kotor terus. Jadi kita sepakat apapun bentuknya nanti di parlemen kami akan mengawal supaya politik itu bermoral.

Sejarah PKNU

Tanggal berdiri : 21 November 2006Inisiator : Pertemuan ALangitan, 21 Novembr 2006Tokoh pendiri : KH Abdullah Faqih, KH Abdulrachman Qudori, KH Idris Marzuki, KH Munawir, KH Mas Subadar dll.Azas : IslamLambang partai : Peta Indonesia dalam lingkaran merah putih yang dikelilingi simpul tali berikut dengan 9 bintang dalam latar kotak berwarna hijau.Ketua Umum : Choirul AnamSekretaris Jenderal : Idham ChalidAlamat : Kantor DPP PKNU, Jl Kramat VI No. 8 Jakarta Pusat 10430, Telp : (021) 31923717 Fax : (021) 3905686SEJARAHPartai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) didirikan oleh para kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang berseberangan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pendirian PKNU juga untuk mengkoreksi PKB parpol yang dilahirkan PBNU, yang dinilai telah menyimpang jauh dari harapan warga NU.Dalam praktiknya, bukan saja menjadi wadah ulama non-kubu Gus Dur, tapi juga politisi PKB yang keluar akibat konflik internal. Di PKNU ada Alwi Shihab dan juga Choirul Anam.Dengan modal para kiai khos yang memiliki pengaruh luas bagi warga NU, PKNU menargetkan bisa meraih 18% suara dalam pemilu 2009.VISI & MISIVisiMenciptakan negara dan bangsa yang adil, damai, dan sejahtera (baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur) sebagai perwujudan dari rasa keimanan yang berlandaskan keagamaan dan rasa cinta tanah air.Misi Misi PKNU tercermin dari tiga bentuk tanggungjawab yang diemban ulama. Pertama, tanggungjawab yang berkaitan dengan agama Islam (diniyyah islamiyyah). Yakni ulama menjadi penjaga keberlangsungan agama Islam yang berdasarkan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (mas’uliyyah diniyyah islamiyyah ‘ala tharieqati ahlis sunnah wal jamaah) sebagai kerangka berpikir dan bertindak dalam beragama dan berbangsa sehingga antara agama dan negara tumbuh bersama saling mengisi dan tercapai harmonisasi. Tanggungjawab kedua yang dipikul ulama adalah bertalian dengan umat (mas’uliyyah ummatiyyah). Yakni ulama berupaya untuk memenuhi tuntutan umat atas tiga hal yang menjadi kebutuhannya, antara lain kebutuhan primer (dharuriyyah/asasiyyah), kebutuhan sekunder (hajiyyah), dan kebutuhan yang sifatnya aksesoris (tahsiniyyah/takmiliyyah). Kebutuhan umat baik yang primer, sekunder, maupun aksesoris ini menjadi tanggungjawab ulama untuk memenuhinya agar tercapai kesejateraan. Ketiga, tanggungjawab ulama yang berkenaan dengan berbangsa dan bernegara (mas’uliyyah wathaniyyah). Terkait tanggungjawab ini, para ulama meyakini bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah final. Keyakinan ini harus senantiasa dikawal melalui artikulasi (perjuangan) politik ulama agar cita-cita negara Republik Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. PENCAPAIAN PADA PEMILU SEBELUMNYA : -SITUS PARPOL: www.pknu.org